Oleh : Ir. Pangerang, MP
(Penyuluh Pertanian Kabupaten Maros)
BAB I
SYARAT PERTUMBUHAN UBI KAYU
SYARAT PERTUMBUHAN UBI KAYU
A.
IKLIM
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela
pohon antara 1.500-2.500
mm/tahun. Suhu udara minimal sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah
10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal antara 60-65%. Sinar
matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan umbinya.
B.
MEDIA TANAM
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu
adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu
liat dan tidak terlalu poros
serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur
remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara
lebih mudah tersedia dan mudah
diolah. Untuk pertumbuhan yang lebih
baik, tanah harus subur dan
kaya bahan organik baik unsur
makro maupun mikronya.
Jenis tanah yang sesuai adalah jenis aluvial
latosol, podsolik merah kuning, mediteran,
grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai antara 4,5-8,0
dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di
Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar
4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi
suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian tempat yang
baik dan ideal antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m
dpl. dan dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh
optimal.
BAB II
A. PEMBIBITAN
1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ubi
kayu harus memenuhi syarat sebagai berikut yaitu berasal dari tanaman induk
yang cukup tua (10-12 bulan,harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat
serta seragam. Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurusdan tumbuh
tunas-tunas baru.
2. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a)
Bibit berupa stek batang.
b)
Sebagai stek pilih batang
bagian bawah sampai tengah.
c)
Setelah stek terpilih kemudian
diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25-30 batang stek.
d)
Semua ikatan stek yang
dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
B. PENGOLAHAN TANAH
1. Persiapan
Kegiatan yang
perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a.
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas
lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b.
Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah
yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan
organik.
c.
Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat
panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman
lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi
tanaman yang sejenis.
d.
Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan
kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting
juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat
panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di
daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur
seminimal mungkin.
2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan
pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk
memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi
hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak,
seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada
sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih
sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3. Pembentukan Bedengan
Bedengan
dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau
pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya
pertumbuhan tanaman.
4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama
pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa
digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu
pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang.
C. PENANAMAN
1.
Penentuan Pola Tanam
Pola
tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering,
waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman
padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa
alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam
dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150
cm.
2.
Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian
tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun
tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
D. PEMELIHARAAN
1. Penyulaman
Untuk
bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara
mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda
yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha
mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik
seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam.
Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu
panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah
penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman
mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan
tanaman sulaman.
2.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/
tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim
penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu
sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Sedangkan penyiangan kedua
dilakukan pada umur 3 bulan setelah
tanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan
jumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman
3.
Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan
menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan.
Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat
menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena
hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup
dengan tanah agar akar tidak kelihatan
4.
Perempelan/Pemangkasan
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/ pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
E. PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan dengan sistem
pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133-200 kg; TSP=60-100 kg
dan KCl=120-200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis
N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan
yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
F. PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kondisi lahan ubi kayu dari awal
tanam sampai umur + 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak
terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan
dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan
cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang
baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua
minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
G. PENGENDAALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan
dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada
pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan
dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label
merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka
dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena
serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.
1. Hama
- Uret (Xylenthropus) Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
- Tungau merah (Tetranychus bimaculatus) Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2. Penyakit
- Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas
manihotis atau Cassava
Bacterial Blight/CBG . Gejala:
bercak-bercak bersudut pada daun lalu
bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan
akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan
bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
- Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith) Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
- Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan
yang hidup di dalam daun. Gejala:
daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan
daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
- Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica) Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .
3. Gulma (tanaman
pengganggu)
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/
dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani
Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan
gulma. Namun demikian, gulma
tetap tumbuh di parit/got dan
lubang penanaman. Khusus gulma dari
golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan
cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai
akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan
2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis
gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman
maupun dalam got/parit.
Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput
belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum
distichum), dan rumput sunduk gangsir
(digitaria ciliaris).
Pembasmian gulma dari golongan rerumputan
dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
H. PANEN
1. Ciri dan
Umur Panen
Ubi kayu dapat dipanen
pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang.
Warna daun mulai menguning
dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah
mencapai 6-8 bulan untuk varietas Genjah dan 9-12 bulan untuk varietas
Dalam.
2. Cara Panen
Ubi Kayu dipanen dengan cara mencabut
batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu
tanah.
3. Pengumpulan
Hasil panen
dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan.
I. PENANGANAN PASCA PANEN
1.
Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi sebenarnya
dapat dilakukan pada saat pencabutan
berlangsung. Akan tetapi penyortiran
umbi dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut
dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi
yang berwarna bersih terlihat dari kulit
umbi yang segar
serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya
umbi serta bercak hitam/garis-garis
pada daging umbi.
2.
Penyimpanan
Cara penyimpanan
hasil panen umbi dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a.
Buat
lubang di dalam tanah untuk
tempat penyimpanan umbi segar
ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi
yang akan disimpan.
b.
Alasi
dasar lubang dengan jerami atau
daun-daun, misalnya dengan daun nangka
atau daun ubi kayu itu
sendiri.
c.
Masukkan
umbi secara tersusun dan teratur
secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan
daun-daunan segar
tersebut di atas atau jerami.
d.
Terakhir
timbun lubang berisi umbi tersebut
sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan
seperti ini cukup awet dan
membuat umbi tetap segar
seperti aslinya.
3.
Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
umbi bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan.
Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam
karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus
untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini
dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya
dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran,
sesuai permintaan produsen. Setelah
dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun
tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke
pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri
1 comments:
Sukses pak buat blognya, semoga selalu diberikan keberkahan, dan memberikan sumbangsih untuk kemajuan pertanian indonesia.
BalasInfo Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman