Konsultasi More on this category »
Budidaya More on this category »
Peraturan More on this category »

KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN



KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Ir. Pangerang, MP

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan.  Oleh karena itu dalam UU no. 16 disebutkan bahwa   Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
            Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:

1). proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh  dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.

2). proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wewenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai “obyek”,  sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a). Berpartisipasi; b). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal; c). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil pembangunan pertanian.

3). proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha).  Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.

    Fungsi penyuluhan pertanian terutama adalah memfasilitasi dan memotivasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha  agar tercapai tujuan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dan peningkatan modal sosial, sehingga  mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan (PUAP), fungsi penyuluhan pertanian memfasilitasi dalam bimbingan, pendampingan dan advokasi pengelolaan usaha agribisnis di perdesaan, memfasilitasi dan memotivasi penumbuhan dan pengembangan kelompoktani serta gabungan kelompok tani. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka penyuluh sebagai fasilitator harus menguasai selain falsafah dan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, juga Teknik Komunikasi Persuasif.

Tugas dan fungsi Penyuluh Pertanian secara garis besar adalah melaksanakan fungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan penyuluhan pertanian secara rinci dapat dibaca pada Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian, Per.Men. N. 37/Permentan/OT.140/3/2007.  Modul ini memperkenalkan beberapa Teknik Komunikasi Persuasif dalam Penyuluhan Pertanian khususnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi Penyuluh Pertanian. Diharapkan setelah mempelajari pokok bahasan ini, peserta Diklat Pembekalan alih jenjang memahami dapat menerapkan teknik komunikasi persuasif dalam penyuluhan pertanian khususnya dalam memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis di pedesaan.

BAB II
PENGERTIAN, TUJUANDAN UNSUR  KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
A.     Pengertian
             Ada beberapa pengertian mengenai  komunikasi dalam penyuluhan pertanian, antara lain :
1.      Komunikasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, atau individu dalam kelompok,  organisasi maupun dalam masyarakat guna menciptakan, mengirimkan dan menggunakan serta mempertukarkan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
2.      Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal  balik (two-way traffic communication).
B.    Tujuan Komunikasi
            Komunikasi mempunyai tiga tujuan, yaitu :

1.  informatif,   artinya bahwa komunikasi bertujuan menyampaikan informasi informasi yang bersifat obyektif dan nyata.

2. persuasif,  artinya komunikasi bertujuan untuk  menggugah hati dan perasaan sasaran atau komunikan sehingga mau mengikuti atau melakukan tindakan/ perubahan atas kemauan sendiri sesuai yang diharap komunikator.  

3. entertainment, artinya  bahwa komunikasi bertujuan untuk menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak bersikap apatis maupun pesimis.

C.    Unsur-Unsur Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian
            Suatu proses komunikasi akan dapat berlangsung dengan baik apabila terdapat unsur-unsur yang merupakan satu kesatuan. Unsur-unsur komunikasi tersebut minimal ada 3 yaitu : 1). Sumber/komunikator (source/sender), 2). Pesan (message), 3).  Penerima/komunikan   (receiver).  Karena  proses penyuluhan pertanian dapat dilakukan  dengan menggunakan berbagai metoda, teknik dan media, maka  unsur komunikasi bertambah yaitu  4). Saluran (channel).  Disamping itu, proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian diharapkan dapat menimbulkan dampak / perubahan  sebanyak-banyaknya.  Ada beberapa model komunikasi yang kita kenal, salah satu diantaranya adalah model S-M-C-R-E. sebagaimana dalam Gambar 1.

  
            Sumber.  Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi.  Dalam penyuluhan pertanian sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
Pesan.  Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada penerima. Dalam penyuluhan pertanian pesan ini dapat berupa  materi penyuluhan. Pesan yang digunakan dalam penyuluhan pertanian didasarkan pada  kebutuhan sasaran laki-laki dan perempuan.
Saluran.   Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan, sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian. Penggunaan metoda, teknik dan media  penyuluhan pertanian selain untuk meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran serta tumbuhnya rasa percaya diri.
Penerima. Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya.  Dalam penyuluhan pertanian penerima  atau sasaran adalah para petani (pelaku utama) dan pelaku usaha beserta keluarganya.    
Efek.  Efek komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan.  Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian  sasaran ( kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dsb.).  Efek komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan, tetapi adapula yang   tidak langsung artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa memperoleh umpan balik secara langsung dibanding  komunikasi yang searah.
Di dalam kegiatan penyuluhan pertanian, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada petani, dari petani kepada penyuluh, dan juga dari petani kepada petani lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti  isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality).  Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.  Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya  (bargaining position)
Proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian bertujuan untuk menarik perhatian, menggugah hati dan perasaan, meyakinkan serta memotivasi sasaran agar mau  melakukan tindakan atau perubahan-perubahan untuk pengembangan usaha agribisnisya, peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya serta peningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

D.    Rangkuman
Komunikasi merupakan suatu ilmu yang multidisipliner ataupun multidisipliner, artinya komunikasi digunakan pada setiap disiplin termasuk didalamnya kegiatan penyuluhan pertanian.
Pengertian komunikasi pada dasarnya adalah terjadinya kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan, sedangkan tujuan kmunikasi diantaanya informatif, persuasif dan entertainment atau dengan kata lain dari tidak tahu menjadi tahu, dan terjalinnya suatu suatu komuniksi minimal terdapat tiga unsur didalamnya yaitu, sumber, pesan dan pener


BAB III


Uraian diatas memberikan gambaran bahwa proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila diantara para pelaku komunikasi yang terlibat terdapat banyak persamaan dalam hal kerangka referensi.  Namun tidak berarti bahwa komunikasi baru terjadi apabila kerangka referensi dari masing-masing pelaku (sumber dan penerima) relatif sama.  Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang secara baik, maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara lain yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi, dan latar beiakang budayanya. Dengan kata lain pihak sumber perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari pihak penerima.  Model lain yang menggambarkan berlangsungnya proses komunikasi secara umum, diantaranya seperti dilihat pada Gambar 3.


Keterangan  :  Source = sumber, pengirim.  Encoder = pembuat sandi/lambang/kode. Message = pesan, amanat, informasi.  Decoder = penterjemah sandi/lambang/kode. Destination = penerima (receiver),sasaran.  Feedback = umpan balik, responce.

Gambar 3.   Model Proses Komunikasi (Shannon).

Pada Gambar 4 terlihat bahwa sumber (pengirim) berita membuat sandi atau lambang untuk menyampaikan sesuatu pesan (mesagge). Setelah sandi atau lambang tadi di sampaikan pada sasaran/penerima, selanjutnya lambang yang berisi pesan/informasi tersebut diterjemahkan dalam suatu pengertian oleh penerima. Sebagai respons dari pengertian yang diterima, sasaran mengirim kembali informasi kepada sumber (feed back).  Dengan adanya umpan balik (feed back) maka sumber (penyuluh pertanian) dapat menilai atau mengetahui apakah sudah terjadi saling pengertian (mutual understading ) tentang pesan (mesagge) atau tujuan komunikasi tersebut. Umpan balik (feed back) sangat bermanfaat bagi penyuluh untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dalam proses komunikasi sampai tujuan komunikasi dapat tercapai secara baik.

Rangkuman
Proses komunikaksi adalah suatu proses pembentukan penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu, dan suatu proses komunikasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat pertautan minat dan kepentingan diantara sumber dan penerima pesan, dalam hal ini adanya persamaan yang merujuk pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang pendidikan dan orientasi


BAB IV
ADOPSI DAN  DIFUSI INOVASI PENYULUHAN PERTANIAN

A.  ADOPSI DAN INOVASI

1. Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness),  minat (interest),  menilai (Evaluation),  mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
Tahap sadar  : petani sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut   dirasa kurang.
Tahap minat : petani sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenai informasi tersebut.
Tahap menilai : petani sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah petani sasaran mencoba inovasi atau tidak.
Tahap mencoba :  petani sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak.
Tahap adopsi : petani sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini petani sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan penyuluh pertanian. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a.      Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b.      Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c.      Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan konfirmasi yaitu dengan cara mencari lebih lanjut untuk memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi ) atau menerapkan inovasi lainnya (menolak)
A.     Konsep Adopsi Rogers dan Schoemaker
 Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4(empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu  :

a.   Tahap mengetahui : petani sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.

b.   Tahap Persuasi  : petani sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.

c.    Tahap Keputusan : petani sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi.

d.   Tahap Konfirmasi:petani sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini petani sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.


 

Gambar 4.  Model adopsi yang digambarkan oleh Kellogg.

3.  Konsep Proses Adopsi Kellogg.
Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi pertanian dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar petani bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut.  Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usahatani dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.  Model adopsi Kellogg dapat digambarkan sebagaimana tertera pada Gambar 4


Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan mendiagnosis situasi petani.  Pada umumnya wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh pertanian dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik dibandingkan peneliti.

Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh pada tahap pertama.  Berdasarkan informasi ini, dapat dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi lapangan.
Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usahatani.  Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usahatani. Petani sasaran akan bersedia mengadopsi teknologi. Introduksi teknologi dilakukan apabila teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh petani sasaran.
Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di tingkat usahatani pasti terjadi percobaan di lahan usahatani yang dilakukan petani.  Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan petani dan diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan tertera pada Tabel 1.     
Tabel 1.  Hubungan antara metode penyuluhan, tahap komunikasi dan tahap adopsi

Metode Penyuluhan
Tahap-tahap Komunikasi
Tahap-tahap Adopsi
Metode Perorangan
Menggerakkan Usaha
Adopsi
Metode Kelompok
Meyakinkan
Percobaan
Membangkitkan Keinginan
Penilaian
Metode Massal
Menggugah Hati
Minat
Menaruh Perhatian
Kesadaran

Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1 dan membandingkan satu dengan lainnya, diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap adopsi. Adakalanya petani menolak inovasi yang yang diintroduksikan.
            Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk mengatasi keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a.      Tipe keputusan adopsi inovasi
b.      Atribut yang terkandung dalam inovasi
c.      Karakteristik system sosial petani sasaran
d.      Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e.      Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan petani sasaran.

A.     Penggolongan Adopter berdasarkan kecepatan Adopsi

      Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dkenal 5(lima) golongan adopter yaitu    :

1.   Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara laingemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.

2.  Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit.
3.  Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
         Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4.  Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.

B.    Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.

Tabel 2.   Karkteristik sosial ekonomi pada berbagai kategori adopter.
Variabel
Inovator
Early Adaptor
Early Mayority
Late Mayority
Laggard
Umur
Setengah Umur
Muda
Setangah Umur tua
Muda sampai tua
Tua
Pendidikan
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah Sekali

Ekonomi

Baik

Baik
Sedang sampai baik

Kurang
Kurang sekali
Status Sosial

Tinggi

Sedang
Sedang sampai baik

rendah
Paling rendah
Pola Hubungan
Kosmopolit
Kosmopolit
Cendrung Lokalita
Lokalita
Sangat lokalita

Dengan melihat uraian di atas maka perbandingan karakteristik sosial ekonomi dari kategori adopter ditinjau dari aspek kecepatan manerapkan inovasi secara sederhana sebagaimana tertera pada Table 2.

C.   Difusi Inovasi

Salah satu tujuan program penyuluhan pertanian adalah mengubah masyarakat melalui perubahan sosial yang direncanakan. Dalam penyuluhan pertanian ditunjukkan dengan program penyuluhan. Usaha yang secara sengaja ini diarahkan untuk memperbaiki sistem-sistem  sosial yang terdapat pada masyarakat. Dan akhirnya penyuluhan ini memperbaiki masyarakat secara keseluruhan .
Perubahan sosial yang direncanakan pd proses penyuluhan sangat rumit yang pada dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : Invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi merupakan kegiatan penciptaan atau pengembangan inovasi barU




            Gambar 5.  Model difusi inovasi Leagans (1971)
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah emngadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi  atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Penyuluhan Pertanian menitikberatkan perubahan sosial jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Wayne Romable (1984) menyatakan bahwa difusi inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu penyuluh pertanian dan pemimpin. Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan.  Perolehan sesuai pendapat  Leagans (1971) tertera pada Gambar 5.
            Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial.  Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down,  Model Feed Back dan Model Farmer Back Farmer.

a.  Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan.  A.H. Bunting (1979) mengatakan bahwa model top down difusion sebagai model penyuluhan pertanian konvensional. Pada model ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh petani.  Model difusi top down dapat dilihat pada Gambar 6

                   Gambar 6.  Proses difusi inovasi model difusi top down

b.  Model Feed-Back
 Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku).   Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”.   Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh pertanian. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usahatani kedalam metode penelitian pertanian.  Secara sederhana, gambaran model feedback seperti tertera pada Gambar 7.
 


 c.   Model Farmer Back To Farmer

Model difusi farmer back to farmer dikemukakan oleh Rhoades dan Booth (1982).  Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat petani.  Hal ini berarti bahwa petani harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan.  Petani dengan pengalaman jangka panjangnya mengetahui kondisi usaha taninya, tipe tanah, kualitas sosial, ekonomi, tanaman yang sesuai dan prilaku pasar dari waktu ke waktu.   Dengan demikian petani adalah tenaga ahli pada usaha taninya sendiri.

Model difusi farmer back to farmer ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat petani.   Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat petani untuk mengindentifikasikan sumber daya yang ada di tingkat usaha tani.

A.    Rangkuman
Proses adopsi dklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu tahap mengetahui, tahap pesuasi, tahap keputusan dan tahap konfirmasi.
Model adopsi yang djelaskan Kellog digambarkan sesuai tahapannya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.        Tahap I : Pemilihan wilayah sasaran dan diagnose situasi pelaku utama
2.        Tahap II. Merencanakan dan merekayasa teknologi adaptif
3.        Tahap III.Pengujian dan verifikasi di tingkat usahatani
4.        Tahap IV.Pilihan teknologi yang sudah dilakukan pelaku utama dan diharapkan terjadi perbaikan teknik budaya yang signifikan
Berdasarkan kecepatan adopsi inovasi ada 5 (lima) golongan adopter yaitu golongan perintis dan pelopor, penyetrap dini, penyetrap awal, penyetrap akhir, dan penolakan.
Difusi inovasi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat

1 comments:

Copyright © 2013. Agronomi Pertanian - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger