PRINSIP- PRINSIP
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
A.
Prinsip
Pengajaran Orang Dewasa
Prinsip-prinsip pengajaran orang dewasa adalah asas
yang harus dijadikan pegangan atau pedoman dalam praktek membimbing orang
dewasa. Apakah pengajaran orang dewasa memerlukan tujuan yang jelas atau cukup dengan
tujuan yang samar-samar saja? Apakah orang dewasa perlu berperan serta secara
aktif dan kepadanya diberikan tanggung jawab
atau cukuplah mereka berperan sebagal penerima yang pasif?
“Pendidikan” mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima
sebagai suatu perubahan perilaku. Tulisan
ini dimaksudkan bukan
untuk menganalisa teori yang ada dibalik Pendidikan Orang Dewasa, melainkan
untuk memahami prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa (atau yang biasa
disingkat POD) yang dapat diterima. Prinsip-prinsip yang disajikan di sini pada
dasarnya sama dengan yang dikembangkan pada beberapa pelatihan yang menggunakan
metode instruksional, tetapi satu hal yang membedakan adalah prinsip-prinsip
POD lebih dikenal secara luas. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan
training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya diterapkan pada situasi kelas
formal atau untuk sistem on the job training (magang). Tiap bentuk pelatihan
sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yang tersebut di bawah ini. Supaya
kita mudah mengingatnya (9 prinsip tersebut), maka biasanya digunakn sistem
jembatan keledai atau istilah asingnya mnemonic, yaitu RAMP 2 FAME.
R = RecencyA = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2 – Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi – Sense Learning
E = Excercise
Prinsip-prinsip ini
dalam berbagai cara sangat penting, karena memungkinkan Anda (pelatih) untuk
menyiapkan satu sessi secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara efektif
dan efisien, juga memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut.
Mari kita coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME. Penting untuk dicatat
bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam satu urutan. Kedudukannya sama
dalam satu kaitan antar hubungan.
R – RECENCY
Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu yang dipelajari
atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh peserta/
partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam pendidikan.
Pertama, berkaitan dengan isi (materi) pada akhir sessi dan kedua berkaitan
dengan sesuatu yang “segar” dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama,
penting bagi pelatih untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin dan
yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir sessi. Pada
aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih untuk membuat rencana kaji ulang
(review) per bagian di setiap presentasinya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan tentang recency
·
Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu yang relatif
pendek, tidak lebih dari 20 menit (jika itu memungkinkan).
·
Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas (direkap). Sessi
yang lebih panjangsebaiknya dibagi-bagi ke dalam sessi-sessi yang lebih pendek
dengan beberapa jeda sehingga anda dapat membuat ringkasan.
·
Akhir dari tiap sessi merupakan suatu yang penting. Buatlah ringkasan/rekap
dari keseluruhan sessi dan beri penekanan pada pesan-pesan atau poin-poin
kunci.
Upayakan agar peserta/partisipan tetap “sadar” kemana arah dan perkembangan
dari belajar mereka
A : APPROPRIATENES
(Kesesuaian)
Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada kita bahwa
secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang
dipakai, studi kasus -studi kasus, dan material-material lainnya harus
disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan. Peserta akan mudah kehilangan
motivasi jika pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi relevan dengan
kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus menerus memberi
kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara
informasi-informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah
peserta, sehingga kita dapat menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang
masih samar atau tidak diketahui.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai appropriatness :
·
Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan bagi peserta
agar mengambil bagian dalam pelatihan. Dengan kebutuhan yang teridentifikasi,
pelatih harus yakin bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi sesuai
dengan kebutuhan tersebut.
·
Gunakan deskripsi,
contoh-contoh atau ilustrasi-ilustrasi yang akrab (familiar) dengan peserta.
M: MOTIVATION (motivasi)
Hukum dari motivasi
mengatakan kepada kita bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk
belajar, dia harus siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar.
Pelatih menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar
atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik dibanding yang lainnya
dalam belajar. Pertama-tama karena motivasi dapat menciptakan lingkungan (atmosphere)
belajar menjadi menye-nangkan. Jika kita gagal menggunakan hukum kesesuaian
(appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material relevan, kita
akan secara pasti akan kehilangan motivasi peserta.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:
·
Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak hanya bagi pelatih
·
Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga pelatih itu sendiri.
Sebab jika pelatih tidak termotivasi, pelatihan mungkin akan tidak menarik dan
bahkan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
·
Seperti yang disebutkan dalam hukum kesesuaian (appropriateness), pelatih
suatu ketika perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke
pelatihan. Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi dengan mengatakan bahwa
sessi ini dapat memenuhi kebutuhan peserta.
·
Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan hal-hal atau
poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi peserta. Secara perlahan-lahan
bangun dan hubungkan poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah mereka
di dalam proses pelatihan.
P : PRIMACY (menarik perhatian di awal sessi)
Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama bagi
peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan pertama
atau serangkaian informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul sangat
penting. Untuk alasan ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan memasukkan
seluruh poin-poin kunci pada permulaan sessi. Selama sessi berjalan, poin-poin
kunci berkembang dan juga informasi-informasi lain yang berkaitan. Hal yang
termasuk dalam hukum primacy adalah fakta bahwa pada saat peserta ditunjukkan
bagaimana cara mengerjakan sesuatu, mereka harus ditunjukkan cara yang benar di
awalnya. Alasan untuk ini adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak
mengajari” peserta pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai primacy:
·
Sekali lagi, upayakan sessi-sessi diberikan dalam jangka waktu yang relatif
singkat. Sebaiknya sekitar 20
menit seperti yang disarankan dalam hukum recency.
·
Permulaan sessi anda
akan sangat penting. Seperti yang anda ketahui bahwa sebagian banyak peserta
akan mendengarkan, dan oleh karena itu buatlah semenarik mungkin dan beri
muatan informasi-informasi penting ke dalamnya.
·
Usahakan agar peserta selalu “sadar” arah dan perkembangan dari belajarnya.
·
Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada saat anda pertama
kali meminta mereka melakukan sesuatu
2 : 2- WAY COMMUNICATION
(Komunikasi 2 arah)
Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara jelas
menekankan bahwa proses pelatihan meliputi komunikasi dengan peserta, bukan
pada mereka. Berbagai bentuk penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi
2 arah atau timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sessi harus
berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara
pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai 2-way communication:
- Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2 arah: anda harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan dengan apa yang anda katakan.
- Rencana sessi anda sebaiknya memiliki interaksi dengan siapa itu dirancang, yaitu tak lain adalah peserta.
F: FEEDBACK (Umpan
Balik)
Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik
fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator perlu
mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang
disampaikan, dan sebaliknya peserta juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja
mereka.
Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai peserta
(penguatan yang positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat, kita mempunyai
kesempatan yang jauh lebih besar agar mereka mengubah perilakunya seperti yang
kita kehendaki. Waspada juga bahwa terlalu banyak penguatan negatif mungkin
akan menjauhkan kita memperoleh respon yang kita harapakan.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai feedback:
- Peserta harus diuji (dites) secara berkala untuk umpan balik bagi fasilitator
- Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka sesegera mungkin.
- Tes bisa juga meliputi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator secara berkala mengenai kondisi kelompok
- Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti yang dipercaya banyak orang. Umpan balik positif hanya setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa adanya umpan balik negatif
- Pada saat peserta berbuat atau berkata benar (misal menjawab pertanyaan), sebut atau umumkan itu (di hadapan kelompok/peserta lain jika itu mungkin).
- Persiapkan penyajian anda sehingga ada penguatan positif yang terbangun di awal sessi.
- Perhatikan betul-betul peserta yang memberi umpan balik positif (berbuat betul) sama halnya kepada mereka yang memberi umpan balik negatif (melakukan kesalahan).
A : ACTIVE LEARNING (Belajar Aktif)
Hukum dari active
learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar lebih giat jika mereka
secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang mengatakan
“Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda
ingin memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan, jangan hanya
memberitahu mereka bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar
mereka melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa umumnya tidak
terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip belajar
aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai active learning:
- Gunakan latihan-latihan atau praktek selama memberikan instruksi
- Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
- Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap aktif
- Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang ada alam instruksi
Jika peserta dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa berpartisipasi
atau diberi pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka akan mengantuk
/kehilangan perhatian.
M : MULTIPLE -SENSE
LEARNING
Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih
efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika
anda memberitahu trainee mengenai satu tipe baru sandwich mereka mungkin akan
mengingatnya. Jika anda membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya
dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya
Faktor-faktor untuk
pertimbangan mengenai multiple-sense learning:
- Jika anda memberitahu/mengatakan sesuatu kepada peserta, cobalah untuk menunjukkannya dengan baik
- Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu sebagai sarana belajar mereka, tetapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai
- Ketika menggunakan multiple-sense learning, anda harus yakin bahwa tidak sulit bagi kelompok untuk mendengarnyaa, melihat dan menyentuh apapun yang anda inginkan.
E.
EXERCISE (Latihan)
Hukum dari latihan
mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling diingat.
Dengan membuat peserta melakukan latihan atau mengulang informasi yang
diberikan, kita dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat
informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika pelatih menambah
latihan atau mengulangi pelajaran dengan mengulang informasi dalam berbagai
cara yang berbeda. Mungkin pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses
baru, lalu menunjukkan diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan
akhirnya minta kepada peserta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Latihan
juga menyangkut intensitas. Hukum dari latihan juga mengacu pada pengulangan
yang berarti atau belajar ulang.
Faktor-faktor untuk pertimbangan dalam exercise:
- Semakin sering trainee mengulang sesuatu, semakin mereka mengingat informasi yang diberikan
- Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang kita meningkatkan latihan
- Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat tidak termasuk di dalamnya
- Ringkaslah sesering mungkin karena ini bentuk lain dari latihan. Buatlah selalu ringkasan saat menyimpulkan sessi
- Buat peserta selalu ingat secara berkala apa yang telah sidajikan sedemikian jauh dalam presentasi
- Sering disebutkan bahwa tanpa beberapa bentuk latihan, peserta akan melupakan 1/4 dari yang mereka pelajari dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam, dan sekitar 9 % dalam 6 minggu.
Rangkuman
Prinsip-prinsip mengajar orang dewasa
merupakan bagian pokok dalam pendidikan
orang dewasa. Beberapa prinsip
pengajaran orang dewasa adalah sebagat berikut: R = Recency,A = Appropriateness, M = Motivation, P = Primacy, 2 = 2 –
Way Communication, F = Feedback, A = Active Learning, M = Multi – Sense
Learning, dan E = Excercise. Prinsip-prinsip
ini dalam berbagai cara sangat penting, karena memungkinkan pelatih untuk
menyiapkan satu sessi secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara efektif
dan efisien, juga memungkinkan pelatih dalam melakukan evaluasi untuk sessi tersebut.