PENDIDIKAN ORANG
DEWASA (POD)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah
satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian
adalah konsep pendidikan untuk orang
dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid
sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit
orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun
non-formal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus,
penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan
strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku
sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak
dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku
sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang
tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari
ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah
kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai
pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan
psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang
lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa
dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi
situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan
merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak
kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan
pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya,
apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya
(Lunandi, 1987).
BAB II
PENGERTIAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA
A.
PENGERTIAN POD
Malcolm S. Knowles (1970) memberikan suatu
pengertian tentang pendidikan orang dewasa yaitu bahwa "pendidikan orang
dewasa adalah pengetahuan dan teknik untuk membantu orang dewasa untuk belajar”.
Pengertian ini sudah menunjukkan suatu bidang keilmuan yang mandiri dimana disebutkan,
bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu ilmu. Karena hal ini menunjukkan suatu ilmu, maka bidang garapan
pendidikan orang dewasa sangatlah luas.
Walaupun demikian, dalam pengertian itu ditandaskan pula bahwa selain suatu ilmu,
pendidikan orang dewasa adalah juga suatu teknik dalam membantu orang dewasa
untuk belajar.
Lebih lanjut Knowles dalam bukunya "The Modern
Practice of Adult Education" membedakan antara pedagogi dengan andragogi dalam proses
belajar bagi anak-anak dan bagi orang
dewasa. Andragogi dalam pengertian ini
dirumuskan sebagai suatu seni dan ilmu dalam usaha membantu orang dewasa
belajar.
Pengertian lain tentang pendidikan orang dewasa,
dikemukakan pula oleh John D. Ingals tahun 1972 yang memberikan
suatu batasan bahwa "pendidikan orang dewasa adalah suatu cara pendekatan dalam proses
belajar orang dewasa". Rumusan ini
lebih menekankan kepada teknik belajar bagi orang dewasa sehingga orang
dewasa sanggup dan mau belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pedagogi sebagai seni dan ilmu mendidik anak dalam mentransmisikan sejumlah
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan bertujuan agar anak-anak mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya pada waktu yang akan datang.
Semua pengetahuan dan keterampilan yang ditransmisikan oleh pendidik kepada
anak didik didasarkan kepada suatu kemungkinan dan pertimbangan pendidik
sendiri, bahwa semua yang dipelajarinya itu akan diperlukan dan digunakan dalam
masa-masa yang akan datang.
Andragogi sebagai seni dan ilmu membimbing dan membantu orang dewasa belajar merupakan suatu proses penemuan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) sepanjang hayat terhadap segala
sesuatu yang dibutuhkan dan diperlukan untuk diketahui. Proses penemuan ini
bukan hanya sekedar transmisi pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan
kepada pertimbangan pendidik atau fasilitator, akan tetapi didasarkan kepada kepentingan peserta didik atau warga belajar
sendiri. Warga belajar atau peserta didik (orang dewasa) sendirilah yang menentukan penting atau tidak pentingnya
pengetahuan dan keterampilan yang
hendak dipelajarinya. Orang dewasa mempelajari sesuatu, karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dia pelajari.
Kebutuhan itulah yang menuntut orang dewasa
belajar karena dengan pengetahuan baru dan keterampilan baru, masalah yang dihadapinya
dapat diselesaikan.
B.
Rangkuman
Tidak sedikit orang
dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun
non-formal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus,
penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan
strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku
sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak
dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku
sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang
tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan
seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau
pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang
mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang
sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai
pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan
dimanipulasi oleh orang lain.
Bagi pendidik orang dewasa, memperhatikan asumsi
andragogis sebagai landasan pertimbangan dalam melayani bimbingan dan
pengarahannya terhadap interaksi proses belajar bagi peserta didiknya merupakan
suatu keharusan untuk menentukan keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan
kepada peserta didiknya dalam program pendidikan orang dewasa.
BAB III.
PRINSIP- PRINSIP
POD