PENDAHULUAN
Kacang
hijau (Vigna radiata) umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau
setelah padi atau tanaman palawija yang lain. Di tingkat petani,
rata-rata produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan dari hasil
percobaan dapat mencapai 1,60 ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau di
tingkat petani antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang
optimal. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman diperlukan teknik
budidaya yang tepat.
TEKNIK BUDIDAYA
1. Varietas
a. Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam di lahan sawah maupun tegal.
b.
Varietas terbaru tahan penyakit embun tepung dan bercak daun
seperti Sriti, Kenari, Perkutut, Murai, dan Kutilang dapat dianjurkan
untuk ditanam di daerah endemik penyakit tersebut.
c. Kebutuhan benih sekitar 25–30 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.
2. Penyiapan lahan
a. Pada lahan bekas padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (Tanpa Olah Tanah = TOT).
b. Tunggul padi perlu dipotong pendek dan jerami padi dibersihkan.
c. Apabila tanah becek, perlu dibuat saluran drainase dengan jarak 3–5 m.
d. Pada lahan bekas pertanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah) perlu dilakukan:
e. Pembajakan sedalam 15–20 cm, kemudian dihaluskan dan diratakan.
f. Saluran irigasi dibuat dengan jarak 3–5 m.
Penanaman
- Tanam dengan sistem tugal dengan 2–3 biji/lubang
- Untuk musim hujan, digunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga populasinya sekitar 300–400 ribu tanaman per hektar
- Untuk musim kemarau digunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm sehingga populasi sekitar 400–500 ribu tanaman per hektar
- Pada saat tanam, kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinggi, karena hal ini akan menyebabkan biji busuk.
- Penyulaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 7 hari.
Pemupukan
- Di lahan sawah bekas padi yang subur, tanaman kacang hijau pada umumnya tidak perlu dipupuk maupun diberi bahan organik.
- Untuk lahan yang kurang subur, tanaman dipupuk 45 kg Urea + 45–90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha yang diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.
- Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15–20 ton/ha dan abu dapur sangat baik untuk diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam.
5. Penggunaan mulsa jerami
Jerami
padi dapat diaplikasikan sebagai mulsa, dengan takaran 5 t jerami
padi/ha. Penggunaan mulsa dapat menekan serangan lalat bibit,
pertumbuhan gulma dan penguapan air.
6. Penyiangan gulma
- Penyiangan gulma dilakukan dua kali yakni pada saat tanaman berumur 2 dan 4 minggu.
- Pada daerah yang sukar mendapatkan tenaga kerja, dapat digunakan herbisida pra-tumbuh non-selektif seperti Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan takaran 1–2 liter per hektar, yang diaplikasikan 3–4 hari sebelum tanam.
7. Pengairan
Periode
kritis kacang hijau terhadap kekurangan air adalah pada periode
menjelang berbunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45–50 hari),
sehingga tanaman tidak boleh kekurangan air pada periode tersebut.
- Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan perlu dilakukan dua kali, yakni pada umur 21 dan 38 hari. Sedangkan untuk pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya hanya diperlukan pengairan satu kali.
- Apabila diperkirakan tanaman tidak akan kekeringan pada periode kritis tersebut, pengairan tidak perlu dilakukan.
8. Pengendalian hama
- Hama utama adalah lalat kacang Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalcites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong Maruca testutalis, Etiella zinckenella dan kutu Thrips.
- Pengendalian hama dapat dilakukan dengan insektisida, seperti: Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2–3 ml/l air dan volume semprot 500–600 l/ha.
- Di daerah endemik lalat bibit Ophyomia phaseoli, benih yang akan ditanam perlu diberi perlakuan dengan insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih) atau Fipronil (5 cc/kg benih).
- Pertanaman musim kemarau II (Juni–Juli) rawan serangan hama thrips. Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida Confidon dan Reagent 50 SC.
9. Pengendalian penyakit
- Penyakit utama adalah bercak daun Cercospora canescens, busuk batang, embun tepung Erysiphe polygoni dan penyakit puru Elsinoe glycines.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti: Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal serangan dengan takaran 2 gram per liter air.
- Penyakit embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4 dan 6 minggu.
- Penyakit bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4, 5 dan 6 minggu.
10. Panen dan pascapanen
- Panen dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat.
- Panen dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2–3 hari hingga kulit mudah terbuka dan biji cukup keras.
- Pembijian dilakukan dengan cara dipukul di dalam kantong plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil.
- Pembersihan biji dari kotoran dengan menggunakan nyiru dan biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar air mencapai 8–10%.
VARIETAS UNGGUL
- MURAI. Tipe determinit; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,9– 2,5 t/ha); warna biji hijau kusam, ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit bercak daun Cercospora. Umur panen 63 hari.
- PERKUTUT. Tipe determinit; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,7–2,2 t/ha); warna biji hijau mengkilat; ukuran biji sedang (5 g/100 biji); tahan penyakit embun tepung dan agak tahan penyakit bercak daun. Umur panen 60 hari.
- KUTILANG. tipe determinit; produktivitas rata¬rata mencapai 2,0 t/ha; biji berwarna hijau mengkilat; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit embun tepung. Umur panen 6 0 – 67 hari Varietas Sampeong
- KENARI. Tipe tegak, determinit. Produktivitas rata-rata 1,64 t/ha (rentang hasil 0,8–2,4 t/ha); warna biji hijau mengkilat, ukuran biji besar (6,7 g/100 biji); agak tahan penyakit bercak daun dan toleran penyakit karat. Umur panen 60– 65 hari. Varietas Kutilang
- SAMPEONG. Hasil pemurnian varietas lokal Samsik dari Nusa Tenggara; ukuran biji sangat kecil (2,5–3,0 g/100 biji), sehingga sesuai untuk dibuat kecambah; produktivitas rata-rata 1,0 ton/ha. Umur panen 70–75 hari